Coming Soon
16 July 2025

Raih Rekor MURI, 1.000 Lebih Petani Panen Melon DAVINA F1 di Nganjuk

Raih Rekor MURI, 1.000 Lebih Petani Panen Melon DAVINA F1 di Nganjuk

NGANJUK, 16 Juli 2025 — Seribu lebih petani dari beberapa kota di Jawa Timur ikut panen Melon DAVINA F1, di Desa Getas, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, Rabu (16/7/2025). Panen melon kali ini di lahan seluas satu hektar.

Panen melon kualitas unggul ini pun mendapatkan sertifikat dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk katagori panen melon yang diikuti peserta terbanyak di Indonesia. 

Managing Director PT East West Seed Indonesia, produsen benih Cap Panah Merah, Glenn Pardede mengatakan keikutsertaan para petani dari beberapa kota di Jawa Timur itu untuk menunjukkan bukti nyata keunggulan Melon DAVINA F1. 

"Petani perlu bukti, inilah bukti yang bisa kami berikan. Semoga nantinya bisa lebih banyak petani yang menanam Melon DAVINA F1. Karena hasilnya nyata," kata Glenn di sela panen. 

Respresentatif MURI, Sri Widayati mengaku baru pertama kali ini ada usulan panen melon oleh petani terbanyak untuk masuk MURI. 

"MURI akhirnya berkesempatan ke Kabupaten Nganjuk. Kami menyaksikan
kegiatan spektakuler yaitu panen melon oleh petani terbanyak di mana melonnya sudah memasuki usia panen. Pesertanya seribu lebih petani," kata Wida, panggilan akrabnya. 

Peluang Besar Bagi Petani Nganjuk

Ir. Dydik Rudy Prasetya, MMA., Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur yang hadir saat panen raya melon mewakili Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengaku Jawa Timur adalah sentra penghasil melon. 

"Kontribusi melon Jawa Timur sebesar 42 persen dari total produksi melon nasional. Ini sangat besar," kata Rudy yang juga mantan Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur itu.

Nganjuk yang selama ini masih rendah kontribusi buah melon, berpeluang besar untuk meningkatkan produksi dengan dukungan dari perusahaan benih semacam Cap Panah Merah. 

"Produksi melon di Nganjuk kontribusinya sekitar 2 persen, masih bisa dikembangkan dengan bibit DAVINA F1 ini. Potensi masih besar dan bisa terus dikembangkan," tutur Rudy. 

Diakui Rudy, melon jenis DAVINA F1 ini akan memiliki peluang pasar bagus. Apalagi, dengan tekstur buah yang lembut, berair dan tidak terlalu manis. "Bagus bagi mereka yang menghindari konsumsi gula berlebih. Sekarang masyarakat sudah makin selektif terkait makanan demi kesehatan," tuturnya. 

Glenn Pardede menambahkan Jawa Timur memiliki potensi untuk mengembangkan Melon DAVINA F1 secara masif. Melon ini sangat cocok di daerah di Jawa Timur. "Kami sudah kembangkan itu mulai ujung barat hingga timur di Banyuwangi. Semua memiliki potensi yang luar biasa," katanya. 

Apalagi, kata Glenn, pihaknya menyiapkan tenaga pendamping yang bisa membantu petani untuk bisa menghasilkan melon yang melimpah. "Kita targetkan di satu hektar lahan bisa menghasilkan 45 ton," tandasnya. 

Melon ini sangat spesial dan memiliki keunggulan dibanding varietas lainnya. Di antaranya memiliki ketahanan tinggi terhadap virus yang sering menyerang melon lokal, masa panen lebih cepat (±55 HST), ideal untuk sistem tanam intensif serta buah kuat, tahan simpan dan cocok untuk pasar modern. 

Salah satu petani asal Nganjuk, Suharyadi mengaku sudah setahun ini menanam Melon DAVINA F1. Hasilnya sangat memuaskan dibanding varietas sebelumnya. 

"Apalagi 60 hari sejak pindah tanam sudah bisa panen. Jadi setahun kami bisa panen sebanyak tiga kali," tukasnya.