Nomor SK Kementan: | 176/Kpts/SR.120/D.2.7/12/2019 |
Rekomendasi Dataran: |
Rendah
Menengah |
Ketahanan Penyakit*: |
GV
Bw |
Umur Panen (HST)*: | 66 - 70 HST |
Bobot per Buah (g)*: | 58 - 68 gr/ buah |
Potensi Hasil (ton/ha)*: | 39 - 52 ton/ hektar |
PVT: | - |
* Note:
Ketahanan penyakit, umur panen, bobot dan potensi hasil tergantung pada lingkungan dan perlakuan budidayanya.
A. PERSIAPAN LAHAN
Persiapan lahan dilakukan dengan membuat bedengan dengan lebar 110 cm, jarak antar bedengan 50 cm. Pupuk kandang dan kapur pertanian ditabur diatas permukaan tanah dua minggu sebelum tanam dengan kebutuhan untuk luasan bedengan 25 M2:
Pupuk kandang ayam : 100 kg
Kapur pertanian : 10 kg
Pupuk dasar berupa NPK, ZA, Superphos dan KCl dengan perbandingan 5 : 2 : 4 : 5. Campuran pupuk dasar diberikan sepuluh hari sebelum tanam dengan kebutuhan untuk luas bedengan 25 M2 (± 84 populasi) sebanyak 10 kg campuran pupuk diatas. Setelah itu bedengan langsung ditutup plastik mulsa.
B. PERSEMAIAN
Untuk benih yang sudah dicoating bisa langsung disemai pada pot tray atau mini polybag dengan diameter 5 cm, bisa dibuat dari plastik es yang dipotong-potong atau daun pisang dengan media semai berupa tanah kering dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1. Untuk benih yang belum dicoating sebelum disemai benih direndam dengan air yang dicampur fungisida 1,5 ml/l dan bakterisida 1 – 1,5 g/l atau dengan air hangat kuku (35oC – 40oC) selama ½ jam. Setelah direndam benih ditiriskan kemudian disemai pada media semai.
C. PENANAMAN
Bibit yang dipilih adalah yang sehat dan telah berumur 14 – 17 HSS untuk tomat dataran rendah dan 17 – 20 HSS untuk tomat dataran tinggi. Sebelumnya bibit disiram agar tanah tetap utuh saat pindah tanam. Waktu penanaman sore hari dengan cara melepaskan bibit dari polybag dan usahakan tanahnya tetap utuh. Jarak tanam dalam barisan 50 cm dan antar barisan 60 – 70 cm. Sistem penanaman dapat segiempat atau segitiga.
D. PEMELIHARAAN
PEMUPUKAN SUSULAN
Pupuk susulan diberikan dengan system kocor, dengan dosis 1 ember (±13 L) air untuk 50 tanaman ditunjukkan pada table berikut :
Pemenuhan unsur hara makro sekunder seperti Kalsium (Ca) bagi tanaman tomat penting dilakukan untuk memacu daya tumbuh serbuk sari bunga sehingga terjadi penyerbukan dengan diikuti pembuahan yang sempurna untuk mengatasi masalah rontok buah dan bisa menghasilkan daging buah dengan tekstur yang baik, serta meningkatkan ketahanan simpan buah.
PEREMPELAN
Perempelan dilakukan dengan menghilangkan tunas bakal percabangan yang keluar di ketiak daun (tunas/cabang air) di bawah cabang “V” dengan menggunakan tangan yang bersih. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari ketika batang atau tunas tersebut masih mudah dipatahkan.
PEMASANGAN AJIR
Pemasangan ajir atau turus dilakukan setelah tanaman selesai ditanam di bedengan. Tinggi ajir atau turus yang digunakan adalah 2 meter bagian bawah yang dimasukkan ke dalam tanah 25 cm. Pemasangan ajir dilakukan di setiap tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari batang tanaman. Setelah ajir atau turus dipasang, tanaman harus segera diikatkan di ajir atau turus tersebut dengan menggunakan tali rafia. Cara mengikatnya menggunakan simpul yang berbentuk angka delapan (“8”). Pengikatan tanaman dilakukan pertama kali di batang. Namun, setelah tanaman mengalami penambahan tinggi, pengikatan dilakukan di percabangan.
TOPPING/PEMANGKASAN PUCUK
Untuk tomat dataran tinggi/indeterminate perlu dilakukan topping/pemangkasan pucuk untuk menghentikan proses pertumbuhan vegetatif. Topping dilakukan saat tanaman berumur ±55 HST atau di ruas ke 25 bila tanaman sehat, apabila terserang penyakit topping bisa dilakukan pada ruas yang ke 30 dengan menyimpan 1-2 daun di atas tandan bunga terakhir. Pemangkasan daun-daun tua dilakukan pada saat menjelang panen atau 75 HST untuk menekan serangan hama & penyakit, mempercepat pematangan buah dan mengurangi volume penyemprotan.
E. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Pengendalian hama dan penyakit yang diterapkan bersifat preventif dengan menyemprotkan pestisida secara teratur. Penyemprotan mulai dilakukan pada umur tanaman ± 1 MST menggunakan pestisida sesuai sasaran hama/penyakit & konsentrasi/Dosis anjuran dengan jarak waktu semprot (interval penyemprotan) 4 hari. Penyemprotan dilakukan lebih intensif lagi jika terjadi hujan.
F. PEMANENAN
Tomat dataran rendah memiliki umur panen antara 55 – 75 hari setelah tanam (HST). Sedangkan tomat dataran tinggi mulai dipanen antara 85-90 HST sesuai varietas tanaman dan ketinggian tempat. Kriteria masak petik yang optimal dapat dilihat dari kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan, bagian tepi daun tua telah mengering, batang tanaman menguning/mengering.
Saat pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca cerah. Keadaan cuaca yang panas di siang hari dapat meningkatkan temperatur dalam buah tomat sehingga dapat mempercepat proses transpirasi (penguapan air) dalam buah. Keadaan ini dapat dapat menyebabkan daya simpan buah tomat menjadi lebih pendek.
1. VIRUS GEMINI (Tomato Leaf Curl New Delhi Virus)
Gejala tanaman yang terinfeksi Begomovirus atau virus kuning sangat bervariasi diantaranya daun menguning, keriting, ukuran daun lebih kecil. Pada umumnya tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil dan ruas-ruas pada percabangan memendek. Seringkali jika menyerang pada fase generatif (pembungaan) kebanyakan bunga menjadi gugur. Teknik penanganan pengendalian kutu kebul sebagai vektornya dengan aplikasi insektisida berbahan aktif abamectin, tiametoksam, metidation, dan diafenturion.
2. BERCAK BAKTERI (Bacterial Spot)
Gejala awal pada daun berupa bercak bulat hitam. Pada batang, bercak berwarna hitam kecokelatan dan nampak memanjang. Bakteri menyerang pada semua stadia pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif. Teknik penanganan melakukan rotasi tanam dengan tanaman non-inang, pemupukan berimbang agar tanaman tidak terlalu sukulen, mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat,melakukan pemangkasan daun-daun tua agar mengurangi kelembaban di sekitar tanaman.Mengaplikasikan bakterisida berbahan aktif streptomycine, asam oksolinik, dan dazomet.
3. LAYU BAKTERI (Bacterial Wilt)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum. Gejalanya adalah tanaman layu namun masih tampak hijau. Pengendaliannya dengan cara membuang tanaman terinfeksi, lalu dikocor menggunakan bakterisida berbahan aktif Dazomet, Streptomycine sulfat, Asam Oksolinik, Kasugamycine Hidroklorida dan Oksitetrasiklin.
4. HAWAR DAUN/LODOH (Phythopthora)
Bercak basah coklat pada daun, batang dan buah. Perkembangan jamur in didukung oleh kondisi lingkungan yang dingin dan basah, sehingga banyak terdapat di dataran tinggi dan menengah. Aplikasi fungisida sistemik dengan bahan aktif Dimetomorf, Kloratalonil, Propineb.
Perusahaan memberikan jaminan atas mutu benih sesuai dengan standar pemerintah. Tanggung jawab perusahaan adalah terbatas pada jumlah benih yang dibeli dan tidak termasuk biaya lainnya.
Saya Mengerti