Nomor SK Kementan: | 040/Kpts/SR.120/D.2.7/4/2017 |
Rekomendasi Dataran: |
Rendah
|
Ketahanan Penyakit*: |
GV
|
Umur Panen (HST)*: | 33 - 38 HST |
Bobot per Buah (g)*: | 120 - 150 gr/ buah |
Potensi Hasil (ton/ha)*: | 45 - 55 ton/ Ha |
PVT: | - |
* Note:
Ketahanan penyakit, umur panen, bobot dan potensi hasil tergantung pada lingkungan dan perlakuan budidayanya.
Mentimun hibrida dengan ketahanan Gemini virus. tanaman vigor dan mudah merambat, bentuk buah panjang dan lurus ±16cm. rasa buah manis dan renyah cocok sekali untuk timun lalab. Panen mulai umur 34 HST. bobot buah ± 150g/buah.
Tips Menanam:
Untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal, direkomendasikan buah dipanen setiap hari. dengan memanen buah setiap hari dapat menekan buah yang bengkok dan gugur.
A. PERSIAPAN LAHAN
Pengolahan lahan dilakukan agar aerasi, drainese tanah baik serta membunuh organisme pengganggu tanaman. Tanah dicangkul dan langsung dibuat bedengan sementara. Di atas bedengan disebar pupuk kandang sebanyak 2 - 4 kg / m², pupuk SP-36 sebanyak 15 g / tanaman KCL 15 g / tanaman lalu di tutup tanah kembali dan dibuat bedengan dengan ukuran 1 m tinggi 30 cm dan lebar drainase 40 cm. Setelah bedengan rapi, kalau menggunakan mulsa plastik bedengan ditutup dengan mulsa plastik dan dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm.
B. PERSEMAIAAN
Sebelum disemai benih direndam selama 1 jam dengan air hangat untuk mempercepat perkecambahan. Media semai yang digunakan berupa tanah bagian atas pupuk kandang yang halus dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Media diisikan pada polybag atau bak khusus untuk persemaian dan media diusakan lembab, benih yang telah direndam siap untuk disemaikan. Dalam pesemaian bibit siap ditanamkan pada usia 20 – 25 HSS (hari setelah semai).
C. PENANAMAN
Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat tanam bibit dipilih terlebih dahulu yang sehat dan vigor. Jika kondisi panas selama satu minggu penyiraman dilakukan satu atau dua hari sekali. Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati atau pertumbuhan yang kurang normal. Jarak tanam yang optimal dalam barisan 40 - 50 cm dan antar barisan 60 - 70 cm.
D. PEMELIHARAAN
Untuk mendapatkan hasil yang optimal kubis perlu diberikan pupuk susulan sesuai dengan kebutuhan dan usia tanaman, jenis pupuk dan dosis yang diberikan pada tanaman kubis adalah :
Bisa dilakukan dengan dikocorkan atau ditugal disesuaikan dengan kondisi cuaca.
E. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
1. Ulat tanah ( Agrotisipsilon )
Pengendalian dengan cara mekanis agak sulit dilakukan karena hama ini kalau siang hari bersembunyi di dalam tanah. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Beta Siflutrin dosis 1 – 2 ml / liter.
2. Ulat daun (Plutella xylostella dan Crocidolomias)
Pengendalian dengan cara sanitasi lingkungan disekitar area tanaman, penyemprotan insektisida yang berbahan aktif Emamektin Benzoat dengan dosis 0,5 gr/liter atau Spinetoram dengan dosis 0,5 – 1 ml/ liter.
3. Ulat grayak
Pengendalian dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif Sipermetrin dengan dosis 1 – 2 ml/ liter.
4. Penyakit Akar Gada
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae pada siang hari tampak layu namun untuk pagi dan sore hari tampak segar. Pengendalian penyakit ini bisa menggunakan fungisida berbahan aktif Flusulfamid 200 kg / ha.
F. PEMANENAN
Kubis ini cocok untuk dataran rendah - menengah serta tahan kekeringan. Tanaman mulai dapat di panen pada umur 70 – 85 HST ditandai dengan tanaman suduh padat. Produktifitas dapat mencapai 2 – 3,5 kg per tanaman serta potensi panen 55 ton per hektar. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara dipotong pada pangkal batangnya dan daun paling bawah yang sudah tua dan kering dibuang.
1. VIRUS GEMINI
Gejala daun menguning, keriting, ukuran daun lebih kecil. Pada umumnya tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil dan ruas-ruas pada percabangan memendek. Seringkali jika menyerang pada fase generatif (pembungaan) kebanyakan bunga menjadi gugur. Pengendalian monitoring perkembangan kutu kebul dari awal penanaman dan melakukan pengendalian kutu kebul, membuang dan memusnahkan tanaman yang telah terinfeksi. Melakukan sanitasi terhadap gulma yang merupakan inang alternatif dari kutu kebul. Aplikasi insektisida berbahan aktif Abamectin, Tiametoksam, Metidation, dan Diafenturion.
2. LAYU FUSARIUM (Fusarium wilt)
Gejalanya berupa sebagian tanaman menguning atau menguning sebagian helaian daun. Tanaman layu, kemudian kering dan mati. Apabila batang dibelah melintang, terlihat jaringan pembuluh berwarna kecokelatan. Pengendalian hindari pemupukan nitrogen berlebihan agar tanaman tidak terlalu sukulen melakukan perbaikan drainase agar air tidak tergenang di lahan, memusnahkan tanaman yang telah terinfeksi dan pengaplikasian fungisida Benomil.
3. BUSUK BATANG BERLENDIR (Gummy stem blight)
Gejala yang muncul pada daun berupa bercak tidak beraturan tapi terdapat lingkaran konsentris berwarna abu-abu kecokelatan. Pada batang yang terinfeksi akan mengeluarkan cairan berupa getah cokelat kehitaman yang mengeras. Pengendalian dengan melakukan sanitasi terhadap gulma, melakukan pemangkasan untuk mengurangi kelembaban, melakukan perbaikan drainase agar air tidak tergenang di lahan, memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi. Pengaplikasian fungisida Heksakonazol, Tridemorf, Mankozeb, Tebukonazol, Difenokonazol, Metil Tiofanat.
4. EMBUN BULU (Downy mildew)
Gejala pada tanaman timun berupa bercak cokelat kehitaman tidak beraturan. Pengendalian dengan melakukan sanitasi lahan terhadap gulma, melakukan perbaikan drainase lahan agar tidak terdapat air menggenang di lahan, melakukan rotasi tanaman dengan tanaman selain timun-timunan, pengaplikasian fungisida Heksakonazol, Simoksanil, Propineb, Mankozeb.
Perusahaan memberikan jaminan atas mutu benih sesuai dengan standar pemerintah. Tanggung jawab perusahaan adalah terbatas pada jumlah benih yang dibeli dan tidak termasuk biaya lainnya.
Saya Mengerti